Hello world!

gallery-6.jpg

Table of Contents

RekahStudio – Dunia pencarian kerja saat ini sudah jauh melampaui sekadar ajang adu siapa paling siap. Ini bukan cuma soal siapa yang punya CV paling rapi atau jawaban paling hafal. Sekarang, yang dihadapi adalah medan penuh strategi, di mana pendekatan lama sering kali tak cukup.

Dalam hiruk-pikuk tuntutan seperti keahlian teknis, rekam jejak pengalaman, hingga karakter yang sesuai budaya kerja, banyak orang masih terjebak pada pola lama: menghafal jawaban textbook, menyiapkan diri lewat daftar pertanyaan yang itu-itu saja, dan berharap rezeki wawancara datang dari faktor hoki.

Tapi, gimana kalau sebenarnya ada cara lain? Bukan cuma menjawab pertanyaan dengan rapi, tapi benar-benar membawa cerita profesional kita jadi hidup. Bikin rekruter bukan sekadar mengangguk, tapi ingat siapa kita.

Sekarang waktunya kita mengubah cara pandang soal persiapan wawancara. Bukan lagi sekadar rutinitas menjawab pertanyaan, tapi kesempatan emas buat benar-benar memahami nilai diri dan menyampaikannya dengan jujur dan meyakinkan.

Kenapa Cara Lama Persiapan Wawancara Sering Nggak Mempan?

Sebelum kita bahas solusinya, penting untuk ngerti dulu kenapa metode persiapan wawancara yang umum itu sering nggak berhasil.

1. Jawaban Hafalan yang Terlalu Umum

Banyak orang terjebak dalam kebiasaan menghafal jawaban-jawaban standar yang bisa ditemukan di internet. Hasilnya? Jawaban jadi terasa kaku, nggak personal, dan minim pemikiran kritis. Rekruter pun bisa langsung menangkap kalau itu bukan suara asli Anda. Bukan cuma nggak menonjol, tapi bisa bikin Anda malah terlupakan.

2. Riset yang Bikin Pusing Sendiri

Mencari tahu harus ngomong apa lewat browsing, baca buku, atau nonton video bisa melelahkan. Dan sering kali, info yang didapat justru terlalu umum atau malah saling bertabrakan. Bukannya makin siap, malah makin bingung.

3. Template Jawaban yang Terlalu Generik

Pakai jawaban yang sama untuk semua pertanyaan – atau lebih parah lagi, untuk semua lamaran kerja – bikin Anda terdengar datar dan nggak serius. Rasanya kayak copy-paste, bukan pribadi yang sungguh ingin bergabung dengan tim mereka.

4. Kebanyakan Informasi, Bingung Mulainya

Terlalu banyak referensi justru bisa bikin kewalahan. Ketika semuanya terasa penting, kita jadi nggak tahu mana yang harus diprioritaskan. Ujung-ujungnya? Nggak mulai-mulai.

5. Minim Latihan Nyata

Cuma baca dan hafal? Sayangnya itu nggak cukup. Tanpa latihan yang benar-benar menyerupai kondisi wawancara sesungguhnya, Anda bisa kaget saat harus berbicara langsung. Tekanan, bahasa tubuh, alur percakapan – semuanya bisa bikin gugup kalau belum dibiasakan.

Singkatnya, pendekatan lama terlalu fokus pada apa yang harus dikatakan, tanpa memperhatikan bagaimana menyampaikannya dengan jujur dan efektif, atau kenapa Anda adalah orang yang tepat. Nah, di situlah pendekatan Prompt Interview masuk sebagai jawaban.

Prompt AI untuk Interview Kerja

“Act as an experienced hobby manager for a job-filled in (industry)

Prompt:

“Act as an experienced hiring manager for a [job title] in [industry]. Give me the top 10 behavioral and technical interview questions. Make them specific and challenging.”

“Bertindaklah sebagai manajer hobi yang sangat berpengalaman di bidang [industri spesifik, contoh: pengembangan perangkat lunak]. Saya akan melamar posisi [Nama Posisi]. Berikan saya 10 pertanyaan wawancara perilaku dan teknis teratas yang paling relevan untuk posisi ini di industri ini. Pastikan pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat spesifik dan realistis.”

Prompt ini bukan hanya meminta daftar pertanyaan, tetapi juga mengatur nada dan konteks. AI akan menghasilkan pertanyaan yang lebih relevan dan menantang, memaksa Anda untuk berpikir lebih dalam daripada sekadar pertanyaan generik.